Mengenal Lebih Dalam Tentang DEUTEROMYCOTA
Nama : Brittania Urbach M.
NPM : 17640006
Jurusan : Pendidikan Biologi
Tugas : Mata Kuliah Pramita Laksitarahmi I., S.Si. M.Si.
Halo semuanya, bagaimana kabar kalian semua?
NPM : 17640006
Jurusan : Pendidikan Biologi
Tugas : Mata Kuliah Pramita Laksitarahmi I., S.Si. M.Si.
Halo semuanya, bagaimana kabar kalian semua?
Saya harap baik-baik saja dan siap menerima ilmu baru lagi, terutama ilmu BIOLOGI. karena jika tidak dimulai dari sekarang untuk mengetahui segala hal di kehidupan sehari-hari. lalu, kapan lagi?
Sebelum menginjak ke hal inti yang akan dibahas, maka saya akan berkenalan dengan kalian semua, karena terdapat pepatah “tak kenal maka tak sayang”. baik, perkenalkan nama saya brittania urbach, saya seorang mahasiswi di salah satu universitas di surabaya, selain kuliah, saya juga merintis sebuah karya dan bisnis yaitu di dunia youtube dan dunia entrepeneur perusahaan asal swedia. Jika kalian penasaran dan ingin lebih kenal sama saya, subscribe dan follow :
Youtube : Brittaniaurbach
Instagram : brittaniaum_
Baik, itu sekilas profil dari saya, mari kita menginjak ke hal inti yaitu “Mengenal Lebih Dalam Tentang DEUTEROMYCOTA”. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan deuteromycota? Apakah termasuk jamur sempurna atau tidak sempurna? Dan apa saja penyebab penyakit yang disebebakan oleh jamur ini? Lalu? Bagaimana cara hidup dan ciri-ciri jamur ini? Atau masih banyak pertenyaan-pertanyaan yang ingin kalian ketahui? Mari kita simak bersama dalam blog kali ini, di awali dengan apa yang di maksud dengan jamur deuteromycota?
Pengertian Jamur Deuteromycota
Deuteromycota berasal dari 2 kata yaitu deutero yang artinya urutan kedua atau tidak sempurna, dan mycota yang artinya fungi. Jadi, ia adalah jamur kelas dua atau jamur yang tidak sempurna.Deuteromycota awalnya adalah suatu kelas dari jamur yang setara dengan Basidiomycota, Ascomycota, dan sebagainya yang hanya diobservasi dari morfologi dan fisiologinya saja, namun cara perkembangbiakan secara generatif tidak atau belum ditemukan atau belum diketahui. Semua jamur yang "tidak jelas" seperti itu masuk ke Deuteromycota.
Gambar 1.1 Deuteromycota
Jamur Deuteromycota adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan belum diketahui tahap seksualnya. Tidak ditemukan askus maupun basidium sehingga tidak termasuk dalam kelas jamur Ascomycota atau Basidiumycota. Oleh karena itu, jamur Deuteromycota merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfeksi).
Gambar 1.1 Deuteromycota
Jamur Deuteromycota adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan belum diketahui tahap seksualnya. Tidak ditemukan askus maupun basidium sehingga tidak termasuk dalam kelas jamur Ascomycota atau Basidiumycota. Oleh karena itu, jamur Deuteromycota merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfeksi).
Divisi ini disebut juga ‘fungi imperfecti’ atau jamur tidak sempurna.Divisi ini seolah dibuat untuk mengelompokkan semua jamur yang tidak termasuk ke dalam divisi lainnya.Ciri utama dari divisi ini adalah belum diketahuinya reproduksi seksual selama siklus hidupnya.Jamur Deuteromycota hanya ditemukan di daratan.Sebagian besar anggota divisi ini kemungkinan berkerabat dengan Ascomycota karena adanya pembentukan konidia.Sisanya kemungkinan adalah Zygomycota dan Basidiomycota yang tidak melakukan reproduksi seksual. Jika studi lebih lanjut pada suatu spesies Deuteromycota menunjukan adanya reproduksi seksual, maka spesies itu akan dikeluarkan dari divisi ini.
Karakteristik Jamur Deuteromycota
Jamur Deuteromycota memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Hifa bersekat
2. Tubuh berukuran mikroskopis
3. Bersifat multiseluler
4. Tidak berklorofil
5. Eukariotik
6. Heterotrof
7. Dinding sel tersusun atas zat kitin
8. Tergolong kedalam fungi imperfect yang banyak menimbulkan penyakit pada
tanaman budidaya dan manusia.
9. Merupakan fingi yang tidak sempurna karena tidak memiliki askus/ basidium.
10. Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah dan sisa-sisa makanan
11. Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui
12. Hidup didaratan dan tempat lembab.’
Contohnya:
Klasifikasi Jamur Deuteromycota
Dikenal sekitar 15.000 jamur yang semuanya tidak melakukan reproduksi seksual. Kebanyakan Deuteromycota bersel banyak yang membentuk hifa tak bersekat, namun beberapa jenis merupakan organisme bersel tunggal yang membentuk pseudomiselium (miselium semu) pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pada jenis-jenis tertentu ditemukan hifanya bersekat dengan sel yang berinti satu, namun kebanyakan berinti banyak. Deuteromycota berkembangbiak dengan membentuk spora aseksual melalui fragmentasi dan konidium yang bersel satu atau bersel banyak.
Klasifikasi Deutromycetes sangat rumit. Tidak adanya fase seksual pada fungi ini menyebabkan timbulnya berbagai kontroversi tentang bagaimana cara mengklasifikasikannya.Deutromycota yang telah diketahui reproduksi seksualnya kemudian diklasifikasi ulang.Apabila membentuk askospora, maka dimasukkan kedalam Ascomycota dan bila membentuk Basidiospora dikelompokkan kedalam Basidiomycota.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi konidia dan konidiomata yang dibentuknya, fungi ini dikelompokkan kedalam tiga kelas yaitu:
Thalus blastomycetes mirip khamir dan tidak menghasilkan konidia. Contohnya Candida sp,Ccryptococus sp dan Torulopsis sp. Anggota pada jamur ini dapat berparasit pada tubuh manusia, seperti infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetesdermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi.
Spora atau konidia dibentuk dalam konidiomata dan biasanya berupa aservulus atau piknidium. Terbagi menjadi dua Ordo, yaitu:
a. Ordo Sphaeropsidales
b. Ordo Melanconiales
Hypomycetes tidak membentuk konidiomata, konidia langsung dibentuk pada cabang hifa khusus. Terbagi menjadi dua ordo yaitu:
1. Ordo Moniliales
Cendawan yang berfungsi sebagai cendawan pathogen seranggan pada umumnya dari divisi Deuteromyceta, ordo Moniliales, famili Moniliaceae, seperti Beauveria bassinana, Metarhizium sp, Hirsutella citriformi, Nomuraea rileyi.
Cendawan mematikan hama dengan cara mengifeksi tubuh inang. Perkembangan infeksi sangat dipengarhi kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban yang tinggi).
Suhu optimum untuk pertumbuhan cendawan pathogen 23-25 ÂșC.
Suhu optimum untuk pertumbuhan cendawan pathogen 23-25 ÂșC.
Beauveria bassiana termasuk dalam golongan pathogen serangga ordo Monililes, famili Moniliaceae.Ciri-cirinya yaitu:
1. Cendawan berwarna putih, penyebaran spora melalui air atau terbawa angin.
2. Menginfeksi serangga melalui integument/jaringan lunak. Selanjutnya hifa tumbuh dari konidia dan merusak jaringan.
3. Cendawan tumbuh keluar dari tubuh inang pada saat cendawan siap menghasilkan spora untuk disebarkan.
4. Apabilakeadaan tidak mendukung, perkembangan cendawan hanya berlangsng didalam tubuh serangga tanpa keluar menembus integument.
Metarhizium termasuk golongan pathogen serangga ordo Moniles, famili Moniliaceae. Ciri-cirinya yaitu:
1. Cendawan berwarna putih, penyebaran spora melalui air atau terbawa angin.
2. Spora menginfeksi tubuh serangga melalui integument/jaringan lunak.
3. Selanjutnya hifa tumbuh dari konidia dan merusak jaringan.
4. Cendawan berkembang membentuk hifa putih yang keluar dari tubuh inang pada saat cendawan siap menghasilkan spora untuk disebarkan.
2. Ordo Agonomycetales
Anggota pada kelas ini steril yang artinya selain tidak mempunyai badan buah juga tidak memproduksi spora, baiksecara seksual maupun aseksual, dan kadang-kadang disebut Mycelia Sterilia.
Habitat dan Siklus Hidup Duuteomycota
Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik dan sebagian yang lain hidup sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias. Jamur ini juga menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu dematomikosis (kurap dan panu) dan menimbulkan pelapukan pada kayu.Contoh klasik jamur Deuteromycota adalah Moniliasitophila , yaitu jamur oncom. Jamur Deuteromycota umumnya digunakan untuk pembuatan oncom dari bungkil kacang. Monilia sitophila juga dapat tumbuh dari roti , sisa- sisa makanan, tongkol jagung , pada tonggak – tonggak atau rumput sisa terbakar, konodiumnya sangat banyak dan berwarna jingga.
Gambar 1. 13
Siklus Hidup Deuteromycota (1)
Gambar 1.14
Siklus Hidup Deuteromycota (2)
Sistem Reproduksi Jamur Deuteromycota
Jamur ini hanya diketahui cara reproduksi aseksualnya saja oleh karena itu sering disebut fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna. Reproduksi aseksual jamur deuteromycota yaitu dengan cara pembentukan konidia. Jamur ini bereproduksi secara aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus yang disebut konidiofor.Kemungkinan jamur ini merupakan suatu peralihan jamur yang tergolong Ascomycota ke Basidiomycota tetapi tidak diketahui hubungannya.
Jika suatu jamur deuteromycota ini diketahui cara reproduksi seksualnya maka dimasukkan ke dalam kelompok jamur yang lain. Contohnya Monilia sitophila, setelah diketahui reproduksi seksualnya dengan menghasilkan askospora, jamur ini dimasukkan ke dalam jamur Ascomycota dan diganti namanya menjadi Neurospora crassa (jamur oncom).
Peranan Jamur Deuteromycota
1. Peranan yang Menguntungkan
a. Monilia sitophila digunakan untuk pembuatan oncom.
b. Penicillium chrysogenum dan berperan dalam industri antibiotic
c. Penicillium notatum penghasil antibiotik penisilin
d.Penicillium roqueforti dan Penicillium camemberti sering digunakan dalam pembuatan keju.
e. Aspergillus niger untuk menjernihkan sari buah
f. Aspergillus oryzae digunakan untuk melunakkan adonan roti
g.Aspergillus wentii digunakan untuk pembuatan kecap, tauco, sake, dan asam oksalat
Gambar 1.15
Monilia sitophila (Jamur pada oncom)
2. Peran yang Merugikan
a. Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
b. Epidermophytonmicrosporum, penyebab penyakit kurap.
c. Melazasia fur-fur, penyebab panu.
d. Altenaria sp, hidup pada tanaman kentang.
e. Fusariumsp, hidup pada tanaman tomat.
f. Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala
g. Sclerothium rolfsie, menyebabkan penyakit busuk pada tanaman
Bagaimana setelah membaca blog kali ini “Mengenal Lebih Dalam Tentang DEURETOMYCOTA”? lebih paham bukan perihal untuk menghindari hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya jamur dalam kehidupan sehari-hari, dan pentingnya kita menjaga kesehatan, kebersihan guna untuk terhindar dari jamur ini, seperti kutu air, penyebab panu, ketombe dan lain sebagainya.
Jadi, lebih tau bukan? Jenis-jenis jamur, mana jamur yang berbahaya dan jamur yang bisa dimakan. Jangan berfikir semua jamur baik dan sehat ya?:hehe
Nah, kali ini saya akan memberikan kesimpulan perihal Deuretomycota :
Jadi, Deuteromycota adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan belum diketahui tahap seksualnya. Tidak ditemukan askus maupun basidium sehingga tidak termasuk dalam kelas jamur Ascomycota atau Basidiumycota. Oleh karena itu, jamur Deuteromycota merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfeksi).
Deuteromycota memiliki karakteristik yaitu Hifa bersekat, Tubuh berukuran mikroskopis, Bersifat multiseluler, Tidak berklorofil, Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah dan sisa-sisa makanan dan Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik dan sebagian yang lain hidup sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias.
Jamur ini hanya diketahui cara reproduksi aseksualnya saja oleh karena itu sering disebut fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna. Reproduksi aseksual jamur deuteromycota yaitu dengan cara pembentukan konidia. Dan Deuteromycota mempunyai peranan yang menguntungkan dan peranan yang merugikan.
Sekian sedikit informasi yang saya tulis dalam blog ini, semoga bermanfaat dan lebih menyukai membaca blog tentang ilmu maklhuk hidup karena dari sini kalian mengerti bahwa banyak hal yang menarik dan beberapa ilmu dapat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Baik, saya brittania urbach pamit, terimakasih mohon maaf jika ada salah kata, sampai jumpa di blog selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah.
Bandung: ITB.
Campbell, dkk. 2003. Biologi jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Kimball, John W. 1999. Biologi jilid 3.
Jakarta: Erlangga
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Fisioloogi Tumbuhan Untuk daerah
Tropis. Jakarta: Gramedia
Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: UI-Press.
Suradinata, atang. 1998. Struktur Tumbuhan.
Bandung : Angkasa
Komentar
Posting Komentar